Seni ketangkasan Domba Garut merupakan salah satu kegemaran
tersendiri yang disenangi serta ternak domba Garut dapat dikategorikan sebagai
hewan kesayangan serta hewan kebanggaan. Domba Garut dipelihara secara khusus
artinya dengan perlakuan dalam pemeliharaannya secara khusus terutama dalam
membentuk tanduk agar memiliki temperamen yang indah dan kelihatan gagah,
sehingga tercipta motto tentang domba garut yaitu “ Tandang di Lapang, Gandang
di Lapang, Indah Dipandang serta Enak Dipanggang”.
Seni ini merupakan ajang kontes dalam memilih bibit sebagai
raja dan ratu bibit ternak domba Garut, karena setiap event pertandingan ternak
domba yang bagus sangat mendapat sorotan setiap peternak dan penggemar, dengan sendirinya
bahwa ternak tersebut memiliki harga yang sangat tinggi. Perlombaan atau kontes
ternak ini merupakan tempat berkumpulnya par peternak dan pemilik, para
penggemar, tokoh Domba Garut serta perkumpulan organisasi profesi yang dihimpun
dalam wadah HPDKI (Himpunan
Peternak Domba Kambing Indonesia).
Pemeliharaan Domba Garut sebagai domba tangkas (laga) telah
sejak lama dilakukan oleh para peternak, penggemar ketangksan domba dengan perlakuan
yang sangat istimewa serta kepemilikan domba tersebut dahulu disebut “juragan”. Peternak pemelihara harus memliki
nilai jiwa seni yang khusus serta akrab dengan domba. Berbagai upaya dan
pengorbanan para peternak Domba Garut semata-mata diarahkan untuk menciptakan keunggulan
Domba Garut pejantan di arena perlombaan (ketangkasan), sebab domba laga yang
unggul akan menyandang gelar juara serta mendapart nilai jual yang melonjak
tinggi.
Karena ternak Domba Garut merupakan bagian dari ternak seni,
maka setelah Domba Garut tandang di lapang, salah satu kegembiraan yang diraih
oleh pemiliknya atau pelatihnya, ketika domba tersebut mengalunkan seni sesuai
irama ketukan kendang. Dalam seni ketangkasan domba jarang terjadi kecelakaan
pada ternak domba apalagi sampai terjadi cacat atau mati, sebab setiap
pertandingan selalu diawasi oleh :
• Dewan
Hakim
• Dewan Juri
• Wasit
Domba Garut sebagai domba tangkas atau domba laga terbagi
atas kelas-kelas, yaitu :
• Kelompok
kelas A dengan berat badan 60 – 80 kg ;
• Kelompok
kelas B dengan berat badan 40 – 59 kg ;
• Kelompok
kelas C dengan berat badan 25 – 39 kg.
Demikian pula pukulan-pukulannya dibatasi menurut pembagian
kelas masing-masing, umpamanya kelas A sebanyak 25 pukulan, kelas B sebanyak 20
pukulan dan kelas C sebanyak 15 pukulan. Selain dari pada pembagian kelas
tersebut, ada pula pembagian khusus yang disebut kelas pasangan, kelas pasangan
dikhususkan domba yang mempunyai criteria kesamaan warna bulu, tinggi, berat
badan, keserasian tanduk, keserasian gaya pukulan dan keserasian lainnya. Untuk
kelas ini jumlah pukulannya ditentukan 20 – 25 pukulan. Dasar penilaian dalam pertandingan
inilai dari pukulan, gaya bertanding, ketangkasan dalam bertanding, keindahan
fisik, kelincahan dan stamina.
Untuk keturunan yang bagus, anak domba jantan umur satu
minggu sudah kelihatan bakal tanduknya, seiring dengan bertambahnya umur domba
bertambah besar pula tanduknya. Pada saat pertumbuhan, tanduk itu tidak keluar
langsung dan indah. Untuk menjadikan seperti yang diharapkan memerlukan suatu
ketelatenan dan kemahiran dalam merawat tanduk. Beberapa pengalaman para
peternak dalam merawat tanduk domba diantaranya sebagai berikut :
a. Agar tanduk berwarna hityam mengkilap, biasanya digosok
dengan kemiri ;
b. Untuk membentuk tanduk yang simetris, dipanaskan dahulu kemudian
diurut sambil dibentuk
c. Untuk melatih kekuatan, keindahan tanduk diberi latihan
beradu 1 (satu) minggu sekali ;
d. Rambut / bulu di sekitar tanduk dibersihkan ;
e. Pencukuran bulu dilakukan secara rutin serta dibentuk
tampak kelihatan gagah.
Pendekatan yang ditempuh adalah bagaimana memberikan
pengertian kepada para peternak terutama dikeluarkannya kebijakan pemerintah,
khususnya Pemerintah Kabupaten Garut agar keberadaan dan kelestarian seni
ketangkasan Domba Garut memiliki nilai budaya yang dapat diakui oleh segenap
masyarakat, bahwa seni ketangkasan ini bukan “NGADUKEUN DOMBA”
tetapi seni yang dimilki oleh ternak domba yang harus dimodifikasi dan citra
adu domba dengan sendirinya harus hilang dalam pandangan masyarakat luas.
Sejalan dengan pemahaman di atas bahwa yang harus dilakukan
sebagai unsure seni adalah mengubah suasana adu domba yang tidak jelas
keberadaannya dihimpun dalam wadah atau tatanan atauran dalam meningkatkan
nilai tambah sebagai prestasi domba dan peternaknya. Hal tersebut perlu
dilakukan sosialisasi pemahaman terhadap seni ketangkasan yang mencerminkan
nilai-nilai budaya dan prestasi sehingga seni ketangkasan Domba Garut merupakan
komoditi yang dapat dijual unsure seninya.
Oleh karena itu diperlukan peranan pemerintah serta kumpulan
peternak yang dihimpun dlam organisasi HPDKI dalam meningkatkan keberadaan
Domba Garut agar mampu berkiprah dalam meningkatkan pendapatan peternak
sehingga peternak domba lebih maju, efisien dan tangguh
untuk menambah devisa daerah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar